Updates, Yogyakarta – Kereta Api Indonesia (KAI) merekayasa balik (reverse engineering) lokomotif buatan GE Transportation CC 201 89 16. Lokomoti yang sudah berumur 36 tahun itu digunakan untuk menarik gerbong kereta api sejak tahun 80-an. Namun, seiring berjalannya waktu, performanya menurun akibat faktor usia.
Sebab itu KAI melakukan pembaruan menyeluruh untuk mengembalikan sekaligus meningkatkan kinerja lokomotif agar sesuai dengan kebutuhan operasional masa kini.
Direktur Perencanaan Strategis dan Pengelolaan Sarana KAI John Robertho mengatakan inovasi dalam dunia transportasi merupakan langkah strategis yang tidak dapat dihindari untuk menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat yang terus berkembang.
“Keberhasilan program reverse engineering ini merupakan hasil dari inovasi insan KAI di Balai Yasa Yogyakarta yang terus berinovasi dan bertransformasi. Melalui upaya ini, kami berharap dapat menghadirkan layanan kereta api yang lebih andal, efisien, dan tentunya aman bagi seluruh pelanggan,” kata John saat memperkenalkan Lokomotif 201 89 16 di acara Jambore Indonesian Railways Cyclist Community (IRCC) yang digelar di Balai Yasa Yogyakarta pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Proses rekayasa balik
Salah satu elemen utama dalam rekayasa balik ini adalah penerapan sistem Medha Excitation Propulsion (MEP) berbasis mikroprosesor. Teknologi ini menggantikan sistem eksitasi konvensional yang bersifat elektro-mekanis dan telah berusia puluhan tahun.
MEP memberikan daya hingga 2.100 HP (horse power) dengan respons tenaga yang lebih cepat serta sistem kontrol yang lebih presisi. Teknologi ini juga terbukti lebih efisien dalam memaksimalkan energi sehingga berdampak langsung pada penghematan bahan bakar dan biaya operasional.
Proses rekayasa balik ini juga mencakup penggantian generator DC lama dengan alternator. Inilah yang menghasilkan tegangan lebih stabil meskipun kecepatan mesin berubah-ubah. Sistem ini terbukti lebih hemat energi, lebih minim perawatan, dan meningkatkan performa lokomotif di berbagai kondisi medan dan beban.
Teknologi dalam rekayasa balik
Teknologi MEP turut dilengkapi TFT Display yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap parameter penting seperti tegangan, arus, tekanan udara sistem pengereman, dan lainnya. Fitur ini memungkinkan teknisi untuk melakukan diagnosis daring (online monitoring), mempercepat proses perawatan, dan mengurangi potensi gangguan layanan.
Sistem propulsi AC/DC ini mengadopsi alternator milik lokomotif CC 206, yang menghasilkan arus bolak-balik (AC). Arus AC ini kemudian disalurkan ke komponen rectifier yang berfungsi mengubah arus AC menjadi arus searah (DC) sebelum akhirnya dialirkan ke traksi motor sebagai penggerak utama lokomotif.
Keunggulan penggunaan arus bolak-balik (AC) adalah kemampuannya dalam memanipulasi tegangan serta menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dalam sistem propulsi.
Seluruh proses rekayasa balik ini dilakukan oleh tenaga ahli KAI di Balai Yasa Yogyakarta. Setelah selesai, lokomotif telah melewati uji performa dan keselamatan sesuai dengan standar tinggi yang berlaku. Hasil uji menunjukkan performa lokomotif sangat baik dan siap mendukung operasional angkutan penumpang maupun barang.
“Reverse Engineering dilakukan selama sembilan bulan. Selanjutnya, proses perakitan. Seluruh rangkaian proses, mulai dari tahap design engineering hingga penyediaan suku cadang, komponen hingga pelaksanaan uji dinamis memakan waktu selama tiga bulan,” kata Jhon.
Menurut Anne Purba, Vice President Public Relations KAI dengan keberhasilan inisiatif ini, KAI berencana untuk memperluas implementasi teknologi MEP ke lokomotif lainnya secara bertahap. Hal ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menekan biaya pemeliharaan serta meningkatkan keandalan dan produktivitas sarana.
“Selain program reverse engineering, KAI juga tengah memperkuat sarana dengan mendatangkan 54 unit lokomotif baru tipe CC 205 produksi Progress Rail – Caterpillar Company dari Amerika Serikat. Lokomotif ini dirancang untuk mendukung angkutan batu bara dan logistik di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung, serta memperkuat konektivitas logistik nasional hingga 2029,” kata Anne.
Sebanyak 13 unit pertama lokomotif CC 205 telah tiba di Pelabuhan Panjang, Lampung, pada Minggu, 13 Juli 2025, dan saat ini tengah menjalani uji performa untuk memastikan kualitas dan keandalannya sebelum masuk layanan operasional.
EVP Daop 6 Yogyakarta, Bambang Respationo menyambut baik inovasi ini, karena dapat meningkatkan performa sarana lokomotif dalam mendukung kinerja angkutan kereta api termasuk di wilayah kerja Daop 6 Yogyakarta.
“Melalui strategi inovatif yang mengombinasikan reverse engineering terhadap sarana eksisting dan pengadaan sarana baru, KAI terus mendorong transformasi layanan perkeretaapian nasional yang tangguh, kompetitif, dan berkelanjutan,” kata dia.