Inovasi Drone untuk Membersihkan Sampah di Gunung Everest
Gunung Everest, yang dikenal sebagai puncak tertinggi di dunia, kini sedang menghadapi masalah serius terkait penumpukan sampah. Di tengah upaya untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, teknologi drone mulai dimanfaatkan untuk membantu membersihkan tumpukan limbah yang semakin mengkhawatirkan.
Penggunaan Drone dalam Operasi Kebersihan
Selama musim pendakian terbaru, tim pembersih Everest mendapat bantuan dari dua drone raksasa buatan perusahaan teknologi China, SZ DJI Technology Co. Drone ini mampu menyelesaikan pengangkutan sampah dari Camp 1 yang berada pada ketinggian 6.065 meter di atas permukaan laut ke base camp hanya dalam waktu enam menit. Dalam operasionalnya, drone tersebut digunakan untuk membawa kantong-kantong sampah setelah sebelumnya mengirimkan perlengkapan seperti tali dan tangga ke perkemahan.
Menurut Komite Pengendalian Pencemaran Sagarmatha (SPCC), selama periode April hingga Mei, drone yang dioperasikan oleh Airlift Technology berhasil mengangkut lebih dari 280 kilogram sampah dari gunung tersebut. Ini menjadi langkah penting dalam upaya meminimalkan risiko bagi para sherpa yang selama ini bertugas membersihkan sampah dengan cara konvensional.
Masalah Sampah yang Semakin Mengkhawatirkan
Sejak tahun 1990-an, ketika popularitas pendakian Everest meningkat, masalah sampah di lereng gunung juga terus bertambah. Tumpukan limbah manusia, tabung oksigen kosong, serta sampah makanan telah membuat Everest dijuluki sebagai “tempat pembuangan sampah tertinggi di dunia”. Selain itu, perubahan iklim memperparah situasi karena es dan salju yang mencair mengungkapkan sampah lama yang dapat mencemari sumber air desa-desa di bawahnya.
Pemerintah Nepal pun telah memberlakukan aturan wajib bagi para pendaki untuk membawa pulang minimal 8 kilogram sampah dari gunung, atau mereka akan kehilangan uang jaminan sebesar US$4.000. Langkah ini ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang dibiarkan di lokasi pendakian.
Manfaat Teknologi Drone
Selain efisiensi waktu, penggunaan drone dinilai sangat membantu dalam mengurangi bahaya bagi para sherpa. Seperti dikatakan oleh Lhakpa Nuru Sherpa, seorang sherpa berpengalaman yang telah 15 kali mencapai puncak Everest, sekitar 70% sampah yang biasanya diangkut oleh timnya tahun ini dilakukan melalui pesawat nirawak. Ia juga menyampaikan harapan agar drone dengan kapasitas angkut lebih besar tersedia untuk masa depan.
Drone yang digunakan saat ini memiliki kemampuan terbang di suhu minus-20 derajat Celsius dan kecepatan angin lebih dari 40 kilometer per jam. Namun, drone masih memiliki keterbatasan dalam mencapai lokasi perkemahan yang lebih tinggi karena udara yang terlalu tipis untuk terbang secara stabil.
Tantangan dan Rencana Pengembangan
Meskipun drone memberikan manfaat besar, ada tantangan teknis dan logistik yang harus diatasi. Salah satunya adalah risiko kerusakan akibat cuaca ekstrem di dataran tinggi. Sebagai contoh, salah satu drone sempat rusak setelah parasut otomatisnya terbuka akibat hembusan angin kencang.
Untuk memperluas proyek ini, dibutuhkan asuransi khusus yang belum tersedia saat ini. Airlift Technology, yang bekerja sama dengan otoritas Nepal, berencana untuk menguji lebih banyak model drone, termasuk dari produsen AS dan Eropa. Mereka juga ingin mengekspansi operasi ke puncak-puncak lain yang memiliki ketinggian di atas 8.000 meter.
“Ini adalah proyek yang sangat berisiko tinggi,” kata direktur Asian Trekking, Tenzing David Sherpa. Meski begitu, ia optimis bahwa inovasi teknologi ini bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di kawasan Himalaya.
Dengan dukungan teknologi, kolaborasi internasional, dan regulasi yang lebih ketat, harapan untuk mengembalikan keindahan alam Gunung Everest semakin nyata. Upaya ini tidak hanya penting untuk menjaga kebersihan gunung, tetapi juga melindungi ekosistem dan komunitas yang bergantung padanya.